Setiap Muslim memulai perjalanan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Syahadat bukan sekadar kalimat pengakuan lisan, tetapi mengandung keyakinan dan komitmen total untuk mengesakan Allah (tauhid) dan mengikuti Rasulullah ﷺ.
Bahkan dalam shalat lima waktu, syahadat diulang setidaknya 9 kali sehari: dua kali dalam tahiyyat (tahiyyat awal dan akhir), dikukuhkan dengan doa-doa iftitah, tasyahud, dan salawat Nabi.
Hal-hal yang Memperkokoh Syahadat
Agar syahadat tidak hanya sebatas lafaz, seorang Muslim perlu memperkokoh keimanannya dengan:
1. Ilmu tentang Makna Syahadat
- Mengetahui bahwa “Laa ilaaha illallaah” berarti menafikan semua sesembahan selain Allah dan menetapkan hanya Allah yang berhak disembah (lihat QS. Al-Baqarah: 163).
- Mengetahui bahwa “Muhammad Rasulullah” berarti meyakini bahwa segala perintah Nabi wajib ditaati dan ibadah tidak diterima kecuali sesuai sunnah beliau (QS. Al-Ahzab: 21).
2. Ikhlas dalam Beribadah
- Hanya mengharap wajah Allah, tidak riya atau mencari pujian. (QS. Al-Bayyinah: 5)
3. Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ
- Mencontoh akhlak, ibadah, dan seluruh tuntunan Nabi. Tidak membuat-buat cara ibadah baru (bid’ah) yang tidak dicontohkan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Menjaga Shalat dan Dzikir
- Shalat adalah sarana utama memperbarui syahadat setiap hari. Dzikir seperti La ilaha illallah memperkuat hati dalam mengingat Allah.
5. Menjauhi Syirik dan Kemaksiatan
- Menjaga diri dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah) dan maksiat besar, karena bisa melemahkan keimanan dan mengotori syahadat.
Hal-hal yang Membatalkan Syahadat (Pembatal Keislaman)
Syahadat bisa batal bila seseorang melakukan perbuatan, keyakinan, atau ucapan yang menyalahi maknanya. Dalam kitab “Nawaaqidhul Islam” (Pembatal Keislaman) karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, terdapat 10 pembatal syahadat, antara lain:
1. Syirik dalam Ibadah
- Menyembah selain Allah, meminta kepada kuburan, jin, atau malaikat.
- Contoh: meminta kesembuhan kepada selain Allah secara ritual.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik…” (QS. An-Nisa: 48)
2. Menjadikan Perantara kepada Allah secara batil
- Berdoa kepada makhluk dengan anggapan mereka sebagai perantara.
3. Tidak Mengkafirkan Orang Musyrik
- Menganggap semua agama benar, atau ragu terhadap kekafiran musyrik. Ini membatalkan tauhid.
4. Meyakini Ada Hukum yang Lebih Baik dari Syariat Islam
- Menolak hukum Allah, menganggap hukum buatan manusia lebih adil atau relevan.
“Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah: 44)
5. Membenci Syariat Islam
- Walau tetap menjalankannya, membenci hukum Allah adalah kufur.
6. Mengolok-olok Agama
- Mengejek ayat, hadis, atau sunnah Nabi, walau bercanda.
“Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kalian memperolok-olok? Jangan kalian minta maaf, sungguh kalian telah kafir setelah beriman.” (QS. At-Taubah: 65–66)
7. Sihir dan Ilmu Hitam
- Termasuk perdukunan dan santet. Hal ini termasuk kekufuran besar (QS. Al-Baqarah: 102).
8. Mendukung Orang Kafir Memusuhi Islam
- Menjadikan mereka sebagai wali (pelindung) dalam permusuhan terhadap Islam. (QS. Al-Maidah: 51)
9. Berpaling dari Agama Islam
- Tidak belajar, tidak beramal, dan tidak peduli pada Islam.
10. Mengklaim Wahyu Baru Setelah Nabi Muhammad ﷺ
- Mengakui adanya nabi baru, seperti kelompok Ahmadiyah, adalah kekufuran.
Penutup: Menjaga Syahadat Sepanjang Hayat
Menjaga syahadat bukan hanya menjaga lisan, tapi juga menjaga hati, amal, dan akidah dari segala bentuk penyimpangan. Sungguh Rasulullah ﷺ mengajarkan:
“Sesungguhnya seseorang di antara kalian beramal seperti amalan ahli surga… lalu mendahuluinya takdir hingga ia masuk neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, perkuatlah syahadat dengan ilmu, amal saleh, dan menjauhi perkara yang bisa mengotorinya. Jangan sampai kita lengah hingga kehilangan cahaya tauhid yang menjadi bekal utama di akhirat.