Home Ceramah & KajianPuasa Asyura: Spirit Syukur, Ampunan, dan Kepedulian Sosial

Puasa Asyura: Spirit Syukur, Ampunan, dan Kepedulian Sosial

by zoneid
0 comments 17 views

Bulan Muharram, sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah, dibuka dengan semangat spiritual yang tinggi. Di antara hari-hari istimewa dalam Muharram, tanggal 10 atau yang dikenal sebagai Hari Asyura (ʿĀsyūrāʾ) memiliki posisi penting dalam sejarah Islam. Ia menjadi momentum untuk merenung, beribadah, dan berbagi, khususnya melalui puasa sunnah dan santunan kepada anak yatim.

Latar Belakang Sejarah Hari Asyura
Hari Asyura memiliki akar historis yang kuat dalam kisah para Nabi. Saat Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Mereka mengatakan bahwa hari itu adalah hari diselamatkannya Nabi Musa ‘alaihis salam dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun.

Dalam hadis disebutkan: “Hari ini adalah hari besar, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Karena itu, kami pun ikut berpuasa.” (HR. Bukhari no. 2004, Muslim no. 1130)
Maka Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” (HR. Bukhari no. 2004)
Beliau pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat Islam untuk mengikutinya.

Sunnah dan Tingkatan Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah puasa sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Namun, untuk menyelisihi kebiasaan kaum Yahudi, Rasulullah ﷺ menganjurkan umat Islam untuk menambah satu hari sebelum atau sesudahnya:

Tingkatan puasa Asyura:
Paling utama: Puasa 9 dan 10 Muharram (Tasu’a dan Asyura).
Tingkat kedua: Puasa 10 dan 11 Muharram.
Minimal: Hanya puasa pada 10 Muharram (Asyura).
“Jika aku masih hidup tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).” (HR. Muslim no. 1134)

Fadilah (Keutamaan) Puasa Asyura
Keutamaan puasa Asyura sangat besar, sebagaimana dijelaskan dalam hadis: “Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Tentu doa yang dihapus adalah dosa-dosa kecil. Untuk dosa besar, tetap memerlukan taubat nashuha.

Asyura dan Tradisi Santunan Anak Yatim
Di sebagian wilayah, terutama di Indonesia, tanggal 10 Muharram juga dikenal sebagai Lebaran Anak Yatim. Tradisi ini bukan bagian dari ibadah yang disyariatkan secara khusus oleh Nabi, namun bisa dianggap sebagai amal sosial yang baik selama tidak disertai anggapan bahwa itu merupakan ibadah khusus.
Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini” — kemudian beliau menunjuk dengan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari no. 5304)

Memberi santunan kepada anak yatim adalah ibadah mulia kapan pun waktunya. Jika dilakukan pada 10 Muharram dalam semangat kepedulian, bukan sebagai ajaran baru, maka itu adalah kebaikan sosial yang mendapat pahala. Namun, tidak boleh meyakini bahwa 10 Muharram adalah satu-satunya waktu syariat untuk menyantuni yatim, karena ini tidak ada dasarnya dalam sunnah.

Hikmah Hari Asyura adalah waktu untuk:
Menguatkan tauhid, mengenang kemenangan Nabi Musa melawan tirani.
Menumbuhkan syukur, sebagaimana Musa berpuasa sebagai bentuk syukur.
Meraih ampunan, dengan berpuasa penuh keikhlasan.
Meningkatkan empati sosial, melalui perhatian kepada anak yatim dan kaum lemah.

Semoga kita bisa menghidupkan semangat Asyura, bukan hanya dengan ibadah individual, tetapi juga dengan semangat sosial dan kemanusiaan yang luhur.

Catatan: Taklim JSSD di Mesjid Al-Hidayah (Sabtu, 5/7/2025)

You may also like

Leave a Comment

Situs web ini menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Kami akan menganggap Anda setuju, tetapi Anda dapat memilih untuk tidak ikut serta jika diinginkan. Terima Baca Selengkapnya