Fenomena Sosial yang Kian Biasa
Di era digital ini, kita menyaksikan pemandangan yang mengkhawatirkan di berbagai platform media: umpatan, fitnah, dan cibiran menyebar cepat seperti angin. Tak sedikit yang menjadikannya sebagai bahan hiburan, bahkan ladang cuan. Lebih parah, sebagian orang memperkaya diri melalui cara-cara ilegal, dari penipuan daring hingga korupsi berjilid-jilid.
Perilaku ini sering dibungkus atas nama “kebebasan berekspresi”, namun realitanya ia merusak sendi-sendi sosial dan moral masyarakat. Yang dulunya dianggap aib, kini menjadi lumrah. Yang dulunya dijauhi, kini malah dipuja dan ditiru. Namun jauh sebelum fenomena ini menjadi tren digital, Alquran telah menurunkan peringatan tegas melalui Surat Al-Humazah.
Surat Al-Humazah: Peringatan yang Selalu Relevan
“Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela…” (QS. Al-Humazah: 1)
Surat pendek ini menyasar dua bentuk perilaku menyimpang:
- Humazah (mengumpat, mencela secara halus)
- Lumazah (menghina secara terang-terangan)
Juga mengecam mereka yang mengumpulkan harta dengan rakus, seolah-olah harta bisa menyelamatkan mereka dari kehancuran.
Menurut para mufasir, ayat ini turun menanggapi perilaku tokoh Quraisy yang gemar merendahkan Nabi Muhammad ﷺ dan merasa jumawa karena kekayaannya.
Mengapa Surat Ini Sangat Relevan Hari Ini?
- Umpatan Digital
Dunia maya hari ini dipenuhi ejekan dan fitnah. Umpatan menjadi konten. Orang berlomba jadi viral dengan menjatuhkan orang lain. - Kekayaan Ilegal dan Tamak Dunia
Banyak yang menghalalkan segala cara demi harta. Dari investasi bodong hingga korupsi, semua dijalankan tanpa takut akan pertanggungjawaban di akhirat. - Normalisasi Dosa Sosial
Umpatan, hujatan, dan penistaan kini dikemas dalam bentuk podcast, talkshow, bahkan konten “drama jilid-jilid”. Ditonton, dikomentari, lalu dilupakan. Tapi catatan amal terus berjalan.
Harta Takkan Menyelamatkan
Al-Humazah juga menyampaikan bahwa mereka yang mengandalkan hartanya akan dilemparkan ke Huthamah, neraka yang membakar sampai ke jantung hati. Ini bukan sekadar metafora, melainkan ancaman serius bahwa: Kesombongan, kedengkian, dan ketamakan adalah jalan cepat menuju kehancuran.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Menjaga lisan dan jari jemari, dari menyebar ujaran kebencian.
- Menghindari konten penghinaan, dan jangan menjadi konsumen keburukan.
- Bekerja dengan cara yang halal, karena setiap rupiah akan dimintai pertanggungjawaban.
- Mendidik anak-anak dan remaja untuk berani berkata benar dan membela yang terdzalimi.
Penutup: Kembali ke Nilai-Nilai Langit Surat Al-Humazah adalah cermin tajam bagi kita semua. Ia mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi bukan alasan untuk menzalimi, dan bahwa kekayaan tak bernilai jika diperoleh dengan cara yang batil. Mari kita jadikan surat ini sebagai pengingat untuk membersihkan hati, lisan, dan niat. Karena dunia ini fana, namun catatan amal bersifat kekal. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.” (HR. Ahmad)