Dalam kehidupan yang penuh ujian ini, manusia senantiasa dihadapkan pada pilihan antara kebenaran dan kebatilan, antara istiqamah dalam iman atau terombang-ambing dalam godaan dunia. Dalam momen seperti itu, siapa yang akan mampu bertahan dan tetap teguh di atas jalan yang lurus? Jawabannya terdapat dalam firman Allah Swt dalam Surat Ibrahim ayat 27 (QS: Ibrahim (14) : 27), sebuah ayat agung yang menjelaskan bahwa keteguhan iman adalah karunia besar dari Allah kepada orang-orang beriman.
Penjalesan terkait QS: Ibrahim (14) : 27 sebagaimana tersebut di atas adalah kutipan dari ceramah/kajian yang disampaikan oleh DR. KH. Abdul Gofur pada acara Pengajian Keluarga Besar Kong Haji Zakaria dan Wak Hj. Ani (IKBHAZA) di kediaman Bapak Atma pada Ahad (15/6/2025). Tentu apa yang beliau sampaikan berbeda dengan artikel yang kami tulis, tapi semoga dapat menjadi pengetahuan dan menambah keyakinan kita kepada Allah Swt.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Ibrahim: 27)
Makna Ucapan yang Teguh (Al-Qaul Ats-Tsabit)
Para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud “ucapan yang teguh” adalah kalimat tauhid: Laa ilaaha illallaah. Kalimat ini bukan hanya diucapkan oleh lisan, tetapi menjadi pondasi hidup orang beriman di dunia hingga ia wafat.
Tafsir al-Muyassar menambahkan bahwa: “Allah meneguhkan mereka dalam menghadapi ujian dunia, dan menjadikan mereka mampu menjawab dengan benar saat ditanya di alam kubur.”
Teguh dalam iman berarti:
- Tidak tergoyahkan oleh godaan dunia
- Tidak terpengaruh oleh fitnah dan syubhat
- Siap menghadapi kematian dan pertanyaan kubur dengan jawaban yang benar
Keteguhan di Dunia dan di Akhirat
Di Dunia: (a) Allah menanamkan keimanan yang kuat. (b) Membimbing hati agar tidak ragu dalam kebenaran. (c) Memberikan kekuatan untuk bersabar dalam ketaatan dan menjauhi maksiat.
Di Alam Kubur (Akhirat): (a) Malaikat akan bertanya: Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu? Orang yang memiliki “qaul ats-tsabit” akan mampu menjawab dengan yakin: “Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad Nabiku”.
Sebaliknya, orang kafir dan zalim akan kebingungan, tidak mampu menjawab, sebagaimana disebut dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
Mengapa Allah Memberikan Keteguhan? Karena iman mereka bukan sebatas lisan, tetapi dibuktikan dengan: (a) Shalat yang khusyuk, (b) Akhlak yang luhur (c) Ibadah yang ikhlas (d) Komitmen dalam kebenaran
Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka…” (QS. Fussilat: 30)
Pelajaran dan Hikmah
- Keteguhan Iman adalah Nikmat Agung
- Tidak semua orang diberi karunia ini, hanya mereka yang menjaga hati dan amal.
- Istiqamah adalah Jalan Menuju Husnul Khatimah
- Keteguhan di akhir hidup adalah tanda keselamatan.
- Zalim adalah Lawan dari Keteguhan. Zalim di sini mencakup kufur, syirik, dan durhaka; mereka disesatkan dan tak diberi keteguhan.
Allah-lah yang Meneguhkan. Bukan karena kepintaran atau status, tapi karena taufik dari Allah. Maka, mintalah keteguhan hati dalam setiap doa.
- Amalan untuk Meraih Keteguhan
Berdzikir dengan kalimat tauhid, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah…” - Berdoa sebagaimana doa Nabi saw: “Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika”
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu) - Mengikuti majelis ilmu agar iman terus bertumbuh
- Meninggalkan dosa, karena dosa melemahkan hati
- Mendekat pada orang-orang shalih, agar kita terinspirasi oleh keteguhan mereka
Keteguhan iman adalah cahaya yang menyinari langkah seorang muslim di dunia dan menjadi pelita di alam kubur. Ia adalah karunia dari Allah yang harus dijaga dengan keikhlasan, ilmu, dan amal. Marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar hati kita tetap teguh di atas tauhid, tidak menyimpang, dan dimatikan dalam keadaan husnul khatimah. “Ya Allah, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu, dan matikan kami dalam keadaan membawa kalimat Laa ilaaha illallaah.”
Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.