Home Ceramah & KajianJangan Jadi Pengumpat! Pesan Tegas dari Surat Al-Humazah di Era Digital

Jangan Jadi Pengumpat! Pesan Tegas dari Surat Al-Humazah di Era Digital

by zoneid
0 comments 32 views

Saat Lisan dan Jempol Tak Terkendali
Pernah nggak, kita ngerasa seru banget nyinyirin orang di grup WhatsApp, atau ngetik komentar pedas di media sosial tanpa mikir? Di era digital ini, mencela orang lain bisa jadi semudah sentuhan jari. Tapi, tahukah kamu kalau Allah sudah memberi peringatan keras terhadap perilaku ini sejak 1400 tahun lalu dalam Surat Al-Humazah?

Makna dan Isi Surat Al-Humazah
Surat ini pendek, cuma 9 ayat. Tapi isinya tajam dan menohok. Surat ini dimulai dengan peringatan keras: “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS. Al-Humazah: 1) Kata “Humazah” mengacu pada orang yang suka menghina dengan perbuatan (mimik, isyarat, sindiran), sedangkan “Lumazah” adalah orang yang suka mencela dengan kata-kata. Allah langsung menyebut mereka sebagai orang yang akan celaka. Kenapa? Karena mereka bukan hanya mencela, tapi juga: “…yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah: 2–3) Ini gambaran orang yang terobsesi kekayaan, merasa dirinya tinggi dan bisa membeli segalanya, termasuk kehormatan orang lain.

Asbabul Nuzul (Sebab Turunnya Surat)
Beberapa ulama menyebutkan bahwa surat ini turun terkait dengan Al-Akhnas bin Syuraiq atau Umayyah bin Khalaf—tokoh Quraisy yang sombong, kaya, dan suka menghina Nabi serta orang-orang lemah. Tapi pelajaran utamanya bukan sekadar tentang siapa yang disebut, melainkan tentang sifat buruk: mencela, menghina, meremehkan, dan merasa superior karena kekayaan.

Pandangan Para Ahli Tafsir
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa surat ini mencakup ancaman bagi orang-orang yang menyakiti orang lain dengan lisan atau perbuatan, dan menganggap harta sebagai pelindung dari kehancuran. Tafsir Al-Muyassar menyatakan bahwa ini adalah kecaman terhadap penyakit hati yang membusuk: kesombongan, kedengkian, dan ketamakan. Sayyid Qutb (dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an) menekankan bahwa kesombongan materi sering membuat manusia lupa bahwa ia akan kembali ke Allah, dan api neraka akan membakar hati mereka, tempat bersemayamnya niat jahat itu.

Relevansi Sosial Hari Ini

  1. Nyinyir dan Cyberbullying. Hari ini, nyinyir itu nggak cuma pakai mulut, tapi juga lewat jempol. Kita dengan mudah: Menyindir orang di media sosial, Mengomentari penampilan publik figur, Menyebar aib atau gosip tanpa tabayun. Padahal Al-Qur’an sudah mengingatkan sejak awal: mencela dan menghina itu bukan hanya dosa sosial, tapi jalan menuju kehancuran spiritual.
  2. Kultus Kekayaan dan Gaya Hidup. Fenomena flexing di media sosial membuat banyak orang: Menilai seseorang dari seberapa mahal barangnya, Merasa diri lebih berharga karena punya harta, Lupa bahwa kekayaan bukan jaminan keselamatan hidup, apalagi akhirat. Surat ini menampar realitas itu: harta tidak membuatmu abadi.
  3. Kesehatan Mental Sosial. Budaya saling hina dan banding-bandingkan (compare culture) memicu:Depresi, Rasa rendah diri, Rusaknya silaturahmi. Al-Humazah seakan berkata: berhentilah saling menjatuhkan, karena yang jatuh sebenarnya adalah dirimu sendiri.

Bagaimana Mengimani dan Mengamalkan Surat Al-Humazah?

  1. Tumbuhkan Kesadaran Diri
    Sadari bahwa setiap kata dan tindakan kita bisa mencelakakan diri sendiri jika digunakan untuk menyakiti orang lain. Jaga lisan dan tulisan—termasuk komentar, sindiran, dan “story” kita.
  2. Redam Ego dan Perasaan Ingin Merendahkan Orang
    Ingat bahwa kehormatan seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan atau status sosial, tapi oleh takwa dan akhlak. Belajarlah rendah hati, bahkan saat kita benar atau lebih mampu.
  3. Gunakan Harta untuk Kebaikan
    Jangan sekadar menumpuk harta. Salurkan untuk infak, zakat, dan membantu sesama. Jadikan harta sebagai alat mendekatkan diri ke akhirat, bukan sebaliknya.
  4. Ciptakan Ruang Sosial yang Aman dan Sehat
    Bangun komunitas, grup, dan media sosial yang penuh dukungan, bukan perundungan. Jadilah pribadi yang merangkul, bukan menuding.

Hidupkan Hati, Jangan Bakar Hati
Allah menyebutkan bahwa api neraka Hutamah itu membakar hingga ke hati. Artinya, sumber dosa dan penyakit itu bukan cuma dari luar, tapi dari hati yang penuh kebencian, kesombongan, dan iri. Mari kita gunakan surat ini sebagai alarm moral di tengah hiruk-pikuk sosial media, gaya hidup materialistik, dan kemerosotan empati.
Saatnya kita menjadi pribadi yang lembut, menahan lisan dan jempol, serta menggunakan harta sebagai jalan menuju Allah.

Catatan Pengajian Ahad Pagi Masjid Jami Daaruttaqwa (Nara Sumber KH. Zayadi Amin, Lc)

You may also like

Leave a Comment

Situs web ini menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Kami akan menganggap Anda setuju, tetapi Anda dapat memilih untuk tidak ikut serta jika diinginkan. Terima Baca Selengkapnya