Home BeritaHari Pertama Masuk Sekolah, Adakah Peserta Didik yang Masih Menanti di Rumah?

Hari Pertama Masuk Sekolah, Adakah Peserta Didik yang Masih Menanti di Rumah?

by zoneid
0 comments 42 views

Depok – zonadepok.id | Hari pertama masuk sekolah pada Senin, 14 Juli 2025, menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh ribuan siswa dan orang tua di Kota Depok. Keceriaan tampak menghiasi wajah anak-anak yang melangkah ke gerbang sekolah dengan semangat, diiringi doa dan pelukan orang tua. Namun di tengah keriuhan itu, masih terselip pertanyaan: Adakah peserta didik yang masih menanti di rumah?

Pertanyaan ini bukan tanpa sebab. Refleksi dari pengalaman tahun lalu saat pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)—yang kini dikenal dengan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB)—menunjukkan bahwa tidak semua anak beruntung langsung mendapatkan kepastian sekolah, terutama yang mengincar sekolah negeri. Banyak siswa yang sudah mendaftar melalui jalur zonasi, afirmasi, prestasi maupun perpindahan orang tua, namun tidak lolos seleksi. Beberapa dari mereka bahkan harus menunggu lebih lama, berharap ada keajaiban agar bisa masuk ke SMP atau SMA negeri impian.

Tak sedikit pula yang mencoba peruntungan melalui jalur belakang, entah melalui bantuan pihak tertentu, hingga mencuat isu “titip menitip” siswa yang marak dibicarakan publik. Tahun ini pun, aroma keraguan itu masih tercium. Ditemukan adanya siswa yang awalnya sudah terdaftar di sekolah swasta, namun tiba-tiba mencabut berkas untuk kemudian pindah ke sekolah negeri. Fenomena ini memunculkan kecurigaan akan celah yang masih dimanfaatkan oleh oknum tertentu dalam sistem pendidikan kita.

Kota Depok sempat dihebohkan dengan pernyataan Wakil Wali Kota Depok saat kampanye Pilkada beberapa waktu lalu, yang menyatakan siap mengundurkan diri jika terbukti ada jual beli bangku dalam PPDB/SPMB. Janji itu kini menjadi boomerang, karena isu titip menitip dan praktik tidak adil dalam proses seleksi peserta didik kembali mencuat di tengah masyarakat. Bahkan sempat muncul tuntutan dari sejumlah elemen masyarakat agar pernyataan tersebut ditepati, sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan politik.

Persoalan ini menjadi refleksi mendalam atas kondisi sistem pendidikan kita. Proses penerimaan siswa baru seharusnya menjadi bagian dari pendidikan karakter, yang menjunjung tinggi kejujuran, transparansi, dan keadilan. Jika sejak awal prosesnya sudah dicemari oleh praktik curang dan manipulatif, bagaimana mungkin pendidikan bisa mencetak generasi yang jujur dan berintegritas?

Pendidikan adalah proses mewariskan ilmu dan membentuk karakter yang luhur. Maka, sangat tidak layak jika dunia pendidikan justru menjadi tempat tumbuhnya perilaku koruptif, manipulatif, dan diskriminatif—baik secara terang-terangan maupun laten.

Di tengah berbagai tantangan ini, kita tetap berharap bahwa tahun ini menjadi awal yang lebih baik. Kita doakan semua peserta didik bisa menikmati hari pertama sekolah dengan penuh suka cita, melenggang dari rumah bersama ayah dan bunda dengan semangat yang membuncah. Kita ingin melihat senyum mereka saat mengenakan seragam baru, menenteng tas kesayangan, dan memulai babak baru dalam perjalanan hidup mereka di sekolah yang layak dan sesuai hak mereka.

Untuk itu, mari kita kawal bersama dunia pendidikan. Orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah harus bersinergi menciptakan sistem yang adil, transparan, dan berintegritas. Agar tak ada lagi anak-anak yang tertinggal di rumah, menanti dengan cemas, hanya karena sistem yang belum sepenuhnya berpihak pada keadilan.

You may also like

Leave a Comment

Situs web ini menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Kami akan menganggap Anda setuju, tetapi Anda dapat memilih untuk tidak ikut serta jika diinginkan. Terima Baca Selengkapnya