Depok, 29 Mei 2025 — Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok terus mengembangkan berbagai inovasi dalam menangani permasalahan sampah, khususnya sampah organik. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif dan ramah lingkungan adalah budidaya maggot (larva lalat Black Soldier Fly/BSF). Metode ini telah diterapkan di sejumlah Unit Pengolahan Sampah (UPS) dan komunitas lingkungan di Kota Depok.
Salah satu contoh sukses datang dari UPS Merdeka, Sukmajaya, yang dikelola oleh Heriyanto. Di lokasi ini, limbah dapur dari masyarakat sekitar diolah menjadi pakan maggot, yang kemudian menghasilkan larva dengan nilai ekonomi tinggi sebagai pakan ternak dan ikan.
“Kami rutin menerima sampah organik dari warga, terutama sisa dapur. Maggot bisa mengurai sampah itu dalam waktu singkat dan hasilnya juga bisa dimanfaatkan kembali,” ujar Heriyanto saat ditemui di lokasi UPS Merdeka.
Tak hanya di Sukmajaya, budidaya maggot juga berkembang di Jatijajar, Tapos, di bawah kepemimpinan Aminudi, serta di Cimpaeun, Tapos, yang juga aktif mengelola biomaggot. Ketiga lokasi ini menjadi contoh bagaimana inovasi sederhana bisa memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.
Menurut Kepala DLHK Kota Depok, Abdul Rahman (yang akrab disapa Abra), metode budidaya maggot sangat strategis untuk menekan jumlah sampah organik yang mencapai hampir 60% dari total timbulan sampah harian Kota Depok.
“Maggot bukan hanya solusi teknis, tapi juga sosial. Kami mengajak masyarakat untuk aktif memilah sampah dan mengelolanya dari sumbernya. Kami dari DLHK mendukung penuh gerakan ini dengan pelatihan, pendampingan, dan penyediaan fasilitas dasar,” jelas Abra.
Metode maggot ini tidak hanya efektif mengurai sampah dalam waktu singkat (kurang dari 7 hari), tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat yang menjalankannya. Larva yang dihasilkan dapat dijual sebagai pakan alternatif yang kaya protein, sangat diminati di pasar peternakan dan perikanan.
DLHK Depok juga aktif melakukan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat melalui program Bank Sampah, pelatihan warga, hingga integrasi dengan sekolah-sekolah dalam rangka membentuk karakter cinta lingkungan sejak dini.
Abra menambahkan bahwa peran serta masyarakat adalah kunci utama dalam menyukseskan pengelolaan sampah terpadu.
“Kalau masyarakat sudah terbiasa memilah dan mengelola sampahnya, maka beban pengangkutan dan pengolahan akan jauh berkurang. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi kita semua,” tegasnya.
Dengan terus bertumbuhnya komunitas pengelola maggot di berbagai wilayah, DLHK optimistis bahwa Depok bisa menjadi kota percontohan dalam pengelolaan sampah berkelanjutan di Indonesia.