Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah anugerah terbesar bagi umat manusia. Berbeda dengan syariat umat terdahulu, khususnya Bani Israil, syariat Islam menawarkan kemudahan, kelonggaran, dan kelapangan yang menunjukkan betapa Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada umat Muhammad ﷺ. Dalam kitab Syaraful Ummah al-Muhammadiyyah karya Sayyid Muhammad al-Maliki, dijelaskan dengan rinci enam keringanan utama yang membedakan umat Nabi Muhammad ﷺ dengan umat terdahulu. Mari kita telaah keringanan tersebut dan maknanya bagi kehidupan kita sebagai umat Islam.
1. Syariat Tidak Memberatkan di Luar Kemampuan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Berbeda dengan umat terdahulu, yang sering diberikan hukum-hukum berat dan sulit untuk dipenuhi, umat Nabi Muhammad ﷺ tidak dibebani kewajiban yang di luar kemampuan mereka. Misalnya, umat Bani Israil diwajibkan menghindari makanan tertentu dengan cara yang sangat ketat dan aturan bersuci yang rumit, bahkan harus memotong tempat najis secara fisik. Dalam syariat Islam, Allah memberikan kemudahan agar ibadah tidak menjadi beban berat sehingga umat dapat menjalankannya dengan penuh ketulusan dan keyakinan.
2. Penghapusan Hukuman Berat Atas Kesalahan Tidak Disengaja
Dalam syariat terdahulu, banyak hukuman qishash atau hukuman berat yang diberlakukan bahkan untuk kesalahan yang dilakukan karena lupa atau dalam keadaan terpaksa. Nabi Muhammad ﷺ datang dengan rahmat dan keringanan di mana hukum qishash tidak otomatis dikenakan pada keadaan seperti ini. Hal ini menunjukkan betapa syariat Islam adalah syariat rahmat yang mendahulukan keadilan dan kasih sayang.
3. Tidak Ada Kewajiban Taubat dengan Cara Ekstrem
Umat terdahulu, terutama Bani Israil, memiliki kebiasaan yang menyakitkan diri sendiri sebagai bentuk taubat, seperti mutilasi atau bahkan bunuh diri sebagai ekspresi penyesalan. Syariat Nabi Muhammad ﷺ menghapus kebiasaan ini dan menggantinya dengan taubat yang mudah, cukup dengan istighfar, perbaikan diri, dan doa. Ini adalah bukti kelapangan syariat Islam dan penghapusan praktek-praktek yang menyakitkan.
4. Seluruh Bumi Sebagai Tempat Ibadah
Berbeda dengan umat terdahulu yang hanya boleh beribadah di tempat-tempat tertentu saja, dalam Islam seluruh bumi dijadikan sebagai tempat ibadah dan masjid. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seluruh bumi adalah masjid bagi umatku.” (HR. Abu Dawud)
Ini menunjukkan betapa Islam memberikan kemudahan dalam melaksanakan shalat, tidak dibatasi ruang dan waktu yang menyulitkan.
5. Keringanan Bersuci dengan Tayamum
Saat tidak ada air untuk berwudhu atau mandi wajib, umat Islam diperkenankan bersuci dengan tayamum (bersuci dengan debu). Hal ini berbeda dengan umat terdahulu yang hanya diperbolehkan bersuci dengan air dan tidak memiliki alternatif lain. Tayamum adalah contoh nyata kemudahan yang Allah berikan agar ibadah tetap dapat dilakukan tanpa halangan.
6. Keringanan dalam Pembayaran Zakat
Zakat merupakan kewajiban utama dalam Islam, namun jumlahnya jauh lebih ringan dibandingkan kewajiban dalam syariat terdahulu. Umat Nabi Muhammad ﷺ hanya diwajibkan membayar zakat sebesar 2,5% dari harta, sedangkan umat terdahulu ada yang harus memberikan hingga 25%. Ini menunjukkan keadilan dan kemudahan dalam pengaturan ekonomi umat Islam.
Enam keringanan ini menunjukkan betapa syariat Islam adalah syariat rahmat dan kemudahan yang diperuntukkan bagi umat terbaik di antara manusia. Allah SWT tidak ingin menyusahkan hamba-Nya, melainkan memberikan aturan yang memudahkan agar mereka dapat hidup dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, sudah seharusnya kita mensyukuri nikmat kemudahan ini dan berpegang teguh pada syariat yang telah Allah turunkan. Keringanan bukan alasan untuk bermalas-malasan, tetapi untuk memperkuat iman dan meningkatkan kualitas ibadah kita.
Catatan : Kajian Kitab JSSD oleh KH. Mohammad Idris, MA