Ilmu adalah cahaya kehidupan. Namun tidak semua pemilik ilmu selamat. Bahkan, sebagian orang yang berilmu justru termasuk golongan yang celaka. Hal ini ditegaskan oleh Imam Al-Ghazali dalam mahakaryanya Ihya Ulumuddin, khususnya pada pembahasan bahaya ilmu yang tidak diamalkan dan bahaya cinta dunia bagi ulama.
Ilmu: Jalan Selamat atau Jalan Celaka
Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali membagi orang berilmu menjadi dua: (1) ‘Ulama al-Akhirah (ulama akhirat): yaitu orang yang mencari ilmu untuk diamalkan dan mendekatkan diri kepada Allah. (2) ‘Ulama al-Su’ (ulama jahat): orang yang menuntut ilmu demi dunia, popularitas, harta, atau jabatan.
“Ilmu itu adalah ibadah, bukan untuk mencari dunia. Barang siapa menjadikan ilmunya tangga dunia, maka ia akan terjerumus ke dalam kehinaan.” (Ihya Ulumuddin, Kitab Ilmu)
Firman Allah SWT dalam Alquran, “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” (QS. Al-Jumu’ah: 5)
Ayat ini ditafsirkan oleh Al-Ghazali bahwa orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya adalah seperti keledai, ia memikul beban ilmu tanpa memahami dan mengamalkannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah seorang alim yang Allah tidak memberi manfaat dari ilmunya.” (HR. Thabrani, hasan)
“Akan datang suatu zaman di mana ilmu dipelajari bukan karena Allah. Maka barang siapa menuntut ilmu bukan karena Allah, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Ciri Orang Berilmu Tapi Celaka menurut Imam Ghazali
Berikut ciri-ciri ulama atau penuntut ilmu yang dijelaskan Imam Ghazali berpotensi celaka:
- Ilmu tidak diamalkan: ia tahu haram tapi tetap melakukannya.
- Ilmu hanya untuk debat dan popularitas.
- Tamak terhadap dunia: menjual agama demi jabatan atau pujian.
- Mengajarkan ilmu tapi tidak menanamkan keikhlasan.
- Menjadikan ilmu sebagai alat mencari pengikut, bukan mengajak pada kebenaran.
Solusi Imam Ghazali: Jalan Selamat Bagi Penuntut Ilmu
- Ikhlas: belajar dan mengajar hanya karena Allah.
- Tazkiyatun nafs: menyucikan jiwa sebelum berbicara pada manusia.
- Mengamalkan sebelum mengajarkan.
- Berteman dengan ulama saleh.
- Merenungi kematian dan akhirat secara rutin.
Imam Al-Ghazali bahkan menulis bab khusus tentang “Tazkiyatun Nafs” dalam Ihya Ulumuddin karena baginya, ilmu tanpa penyucian hati hanya akan menjerumuskan ke dalam kebinasaan.
Banyak dai, guru, atau pemuka agama di Indonesia yang menekankan pentingnya ilmu yang diamalkan, sebagaimana sejalan dengan pesan Imam Ghazali. Organisasi keislaman seperti NU dan Muhammadiyah pun mengajarkan agar ilmu agama tidak hanya sekadar wacana, tetapi diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Ilmu yang tak membentuk akhlak, akan menjadi beban di dunia dan siksa di akhirat” (Ringkasan pesan Imam Al-Ghazali)