Dalam ajaran Islam, perjalanan seorang Muslim menuju ridha Allah tidak cukup hanya dengan ibadah dan amal saleh. Ada dua sikap batin yang harus selalu hadir: khauf (takut) dan raja (harap). Keduanya ibarat dua sayap burung — jika salah satunya patah, burung itu tak akan bisa terbang.
Khauf berarti rasa takut seorang hamba kepada Allah. Takut di sini bukan ketakutan yang membuat lari, melainkan rasa gentar yang mendorong menjauhi dosa, menjaga diri dari kemaksiatan, dan memastikan ibadah dilakukan dengan penuh kesungguhan. Allah menegaskan: “Dan terhadap-Ku saja hendaklah kamu merasa takut.” (QS. Al-Baqarah: 40)
Sementara itu, raja adalah pengharapan yang tulus akan rahmat, ampunan, dan janji kebaikan dari Allah. Ia mendorong hamba untuk tetap optimis, meski pernah terjerumus dalam kesalahan, karena yakin pintu ampunan-Nya selalu terbuka. Allah berfirman: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. Az-Zumar: 53)
Keduanya harus seimbang. Terlalu dominan khauf bisa membuat seorang Muslim terjerumus pada putus asa. Sebaliknya, hanya mengandalkan raja bisa menjadikannya merasa aman dari azab Allah, hingga lengah dan berbuat dosa.
Dalam keseharian, khauf tampak saat kita berhati-hati agar ibadah tidak sia-sia, atau takut merugikan orang lain dalam muamalah. Raja hadir ketika kita yakin setiap kebaikan akan dibalas, dan setiap taubat akan diterima.
Imam Al-Ghazali memberi panduan: saat sehat dan lapang, perbanyaklah khauf agar terhindar dari kesombongan. Saat sakit atau menjelang akhir hayat, perbanyaklah raja agar tidak putus asa dari rahmat Allah.
Seimbangnya khauf dan raja menjadikan hati teguh, langkah mantap, dan hidup selalu terarah menuju ridha-Nya.
