Home Ceramah & KajianItqān dalam Islam, Etika Kerja yang Dicintai Allah

Itqān dalam Islam, Etika Kerja yang Dicintai Allah

by zoneid
0 comments 28 views

Dalam dinamika kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif, etika kerja menjadi salah satu fondasi penting dalam membangun peradaban yang beradab. Islam, sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, telah jauh hari meletakkan nilai-nilai luhur dalam bekerja, berkarya, dan menjalankan tanggung jawab kehidupan. Salah satu nilai utama yang sering terlupakan, namun sangat esensial dalam Islam adalah itqān — bekerja dengan tepat, teliti, profesional, dan sempurna.

Makna Itqān dalam Perspektif Islam
Secara etimologi, itqān (الإتقان) berasal dari kata أَتْقَنَ – يُتْقِنُ – إِتْقَانًا, yang berarti menyempurnakan atau memperbaiki suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dalam praktiknya, itqān berarti melakukan suatu pekerjaan dengan serius, sungguh-sungguh, penuh tanggung jawab, dan mencapai hasil yang berkualitas tinggi.
Islam tidak hanya menuntut umatnya untuk bekerja, tetapi juga menekankan kualitas dan integritas dalam bekerja. Bukan hasil semata yang menjadi ukuran, tetapi proses dan niat yang lurus menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Allah Mencintai Pekerjaan yang Dilakukan dengan Itqān
Salah satu hadis yang sangat populer dan menjadi dasar kuat mengenai pentingnya itqān adalah sabda Rasulullah ﷺ:

“إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ”
“Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya (dengan itqān).” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Imān, dinilai hasan oleh al-Albani)
Hadis ini menunjukkan bahwa menyempurnakan pekerjaan adalah bagian dari ibadah, bahkan menjadi sebab dicintainya seseorang oleh Allah. Islam tidak mengajarkan kerja asal-asalan, melainkan kerja penuh dedikasi.

Itqān dalam Al-Qur’an: Meneladani Kesempurnaan Ciptaan Allah
Al-Qur’an juga menegaskan bahwa sifat menyempurnakan pekerjaan adalah sifat Allah sendiri. Dalam QS. al-Naml ayat 88, Allah berfirman:

“صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ”
“Itulah ciptaan Allah yang telah menyempurnakan segala sesuatu.”
Ayat ini menjadi petunjuk bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan kesempurnaan dan keseimbangan, sehingga manusia sebagai khalifah-Nya pun harus berusaha meniru kesempurnaan tersebut dalam amal perbuatannya — termasuk dalam pekerjaan sehari-hari.

Itqān: Bukan Sekadar Profesionalisme, Tapi Ibadah
Berbeda dengan konsep profesionalisme dalam dunia kerja modern yang kadang terbatas pada kepuasan klien atau keuntungan perusahaan, konsep itqān lebih luas dan mendalam. Ia tidak hanya menyangkut keterampilan teknis, tetapi juga menyentuh sisi spiritual dan moral.

Seorang Muslim yang bekerja dengan itqān menyadari bahwa pekerjaannya:
Amanah dari Allah,
Bagian dari ibadah,
Cermin dari keimanan dan akhlaknya,
Wujud syukur atas nikmat waktu, tenaga, dan kemampuan.

Dalam QS. al-Mulk ayat 2, Allah berfirman:

“الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ”
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.”
Imam Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan bahwa “yang paling baik amalnya” itu adalah: “yang paling ikhlas dan paling tepat (ashwab).” Maka pekerjaan yang itqān adalah bentuk nyata dari amal terbaik yang diuji oleh Allah.

Membudayakan Itqān dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Dalam Dunia Kerja
    Pegawai atau profesional muslim hendaknya tidak hanya mengejar target, tetapi berorientasi pada kualitas dan nilai keberkahan. Bekerja bukan semata mencari gaji, tetapi berkontribusi untuk kemaslahatan umat.
  2. Dalam Pendidikan
    Guru yang mengajar dengan penuh perhatian, siswa yang belajar dengan serius — semua itu bagian dari itqān yang dicintai Allah.
  3. Dalam Pelayanan Publik
    Pejabat atau pelayan masyarakat harus menjadikan itqān sebagai standar kerja, bukan hanya formalitas, agar amanah yang diemban tidak menjadi dosa yang ditanggung.

Itqān, Pilar Peradaban Islami
Di tengah tantangan zaman yang kerap melahirkan budaya kerja instan, asal jadi, dan mengejar hasil cepat, Islam hadir dengan panduan luhur: itqān. Sebuah nilai yang melahirkan peradaban, bukan sekadar produk.
Sudah saatnya umat Islam menumbuhkan kembali semangat itqān dalam segala lini kehidupan — karena inilah jalan menuju keberkahan hidup dan ridha Allah. Bukan hanya sekadar bekerja, tapi bekerja dengan sepenuh hati dan niat yang suci.

Wallāhu a’lam.

Inspirasi KH. Mohammad Idris, MA

You may also like

Leave a Comment

Situs web ini menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Kami akan menganggap Anda setuju, tetapi Anda dapat memilih untuk tidak ikut serta jika diinginkan. Terima Baca Selengkapnya