Jabatan boleh berganti, posisi kerap berganti bahkan purna, tapi persahabatan sejati seharusnya tetap hidup. Itulah pesan yang ingin ditegaskan dalam sebuah refleksi dakwah bertema “Persahabatan Tak Lekang Jabatan”, yang mulai banyak disampaikan di forum-forum ASN purnabakti maupun pengajian aparatur sipil negara.
Fenomena yang terjadi di banyak tempat, dari level atas sampai level bawah, memperlihatkan bahwa relasi antar-rekan kerja yang dulu begitu erat saat menjabat, perlahan lenyap begitu masa tugas berakhir. Mereka yang dulu saling menjaga, mendorong ke posisi tertentu, bahkan saling menguatkan, kini seolah hilang dari radar sosial.
“Ketika aktif, kita dihormati, disapa, dilibatkan. Tapi setelah tidak menjabat, tak seumur jagung, banyak yang menghilang,” ungkap seorang mantan pejabat wilayah di Kota Depok.
Jabatan Hilang, Relasi Pun Menghilang
Realitas ini bukan rahasia umum. Banyak ASN dan pejabat senior yang merasakan perubahan drastis dalam lingkaran sosialnya. Hubungan yang dahulu terasa tulus, kini tampak menyisakan ruang kosong — terutama jika perubahan “kemasan politik” turut memengaruhi arah loyalitas.
“Dulu setiap forum nama kita disebut-sebut, sekarang bahkan ketika hadir, tak lagi disapa,” ujarnya sembari tersenyum. Tapi dari pengalaman inilah muncul sebuah perenungan penting: bahwa tidak semua pertemanan dibangun karena Allah — sebagian karena posisi dan kekuasaan.
Islam Ajarkan Persahabatan Abadi karena Allah
Dalam Islam, persahabatan adalah sesuatu yang luhur dan bernilai akhirat. Alquran menyebut: “Teman-teman karib pada hari itu (Kiamat) akan menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)
Sementara Rasulullah ﷺ mengingatkan: “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman.”(HR. Abu Dawud)
Namun yang paling membekas adalah sabda Nabi tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari Kiamat, salah satunya: “Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dakwah Refleksi: Jangan Mengandalkan Ingatan Dunia
Pesan dakwah yang muncul dari pengalaman ini cukup tajam: jangan terlalu berharap teman kerja, atasan, atau bawahan akan terus mengingat kita setelah jabatan lepas. Karena seringkali yang dihormati adalah kursi dan kekuasaan, bukan pribadi di baliknya.
“Ini menjadi pelajaran bagi siapa pun yang hari ini masih aktif menjabat. Jangan letakkan harapan pada loyalitas semu. Letakkan amal pada relasi karena Allah, bukan karena SK atau jabatan,” tutur seorang penceramah dalam kajian ASN di lingkungan pemerintah daerah.
Cinta karena Allah, Jejak yang Tak Hilang
Islam mengajarkan bahwa persahabatan karena Allah akan tetap hidup, meski fisik berjauhan dan jabatan sudah tiada. Bahkan, doa dalam diam, kenangan akan kebaikan, dan silaturahmi yang dijaga — akan menjadi saksi cinta ukhrawi yang mengantarkan seseorang pada kemuliaan di sisi Allah.
“Kalau setelah purna tugas masih ada sahabat yang datang, yang menghubungi, yang mendoakan, maka itu pertanda: dialah sahabat sejati. Bukan karena dunia, tapi karena Allah.”
Jangan Salah Gantungkan Hati
Bagi yang masih menjabat hari ini, dakwah ini menjadi pengingat. Dan bagi yang sudah tidak lagi aktif, ini menjadi kekuatan hati untuk menata ulang makna relasi: “Bangunlah pertemanan yang tak lekang jabatan. Karena cinta karena Allah tak butuh jabatan, tak butuh pujian. Ia cukup hidup di hati, dan mengantarkan ke surga bersama.”