Pendahuluan
Pendidikan bagi umat Islam adalah kewajiban yang sangat ditekankan dalam ajaran agama. Namun, banyak yang masih memaknai pendidikan secara sempit, hanya sebatas jalur formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Padahal, dalam Islam, menuntut ilmu tidak dibatasi oleh ruang kelas ataupun gelar akademik. Pengajian, majelis taklim, halaqah, atau diskusi ilmiah keagamaan pun termasuk jalan mulia dalam menimba ilmu.
Lebih jauh lagi, Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi bagi orang-orang yang menuntut ilmu, bahkan mengutamakan mereka di atas banyak amal ibadah lain. Namun, penting juga kita ingat bahwa ngaji itu penting, bukan sekadar yang penting ngaji. Artinya, proses menuntut ilmu harus dihayati dengan adab, keikhlasan, dan kesungguhan, bukan hanya sebagai aktivitas simbolik.
Artikel “Ngaji itu Penting, Bukan yang Penting Ngaji!” terinspirasi dari ceramah Ustadz Ahmad Mubarak pada kegiatan Pengajian Jamiyyah Silaturahmi Subuh Kota Depok (JSSD) pada Sabtu (14/6/2024) di Masjid Al-Awwami di Lingkungan Cipayung RT 05/01 Abadijaya Sukmajaya Depok. Tentu isi materi yang beliau sampaikan tidak persis sama, tetapi memiliki motivasi dan semangat yang sama dalam mendorong kita semua untuk terus belajar dan mengaji selama hayat masih di kandung badan.
Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu
Allah ﷻ berfirman: “…Katakanlah: ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?'” (QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang yang berilmu dibandingkan dengan yang tidak. Bahkan, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menyatakan bahwa mereka yang berilmu memiliki kedudukan tersendiri.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Majelis ilmu menjadi taman-taman surga di dunia ini. Duduk di dalamnya dinilai lebih mulia daripada banyak bentuk ibadah lain.
Belajar Tidak Terbatas Jalur Formal
Islam tidak mensyaratkan bahwa ilmu hanya diperoleh dari lembaga formal. Sejak masa awal, pengajaran Islam dilakukan dalam halaqah, majelis taklim, masjid, rumah para sahabat, bahkan di perjalanan.
Rasulullah ﷺ sendiri mengajar para sahabat dalam berbagai situasi dan tempat. Bahkan setelah masa beliau, para tabi’in dan ulama salaf melanjutkan tradisi pengajaran ini secara nonformal — rihlah ilmi (perjalanan menuntut ilmu), halaqah, serta pengajian-pengajian umum.
Oleh karena itu, menghadiri pengajian, taklim, membaca kitab-kitab ulama, mengikuti diskusi ilmiah Islam adalah bentuk pendidikan yang sangat mulia.
Keutamaan Duduk di Majelis Ilmu
Dalam sebuah hadis yang masyhur, Rasulullah ﷺ bersabda: “Perumpamaan majelis ilmu dengan majelis zikir di masjid adalah seperti taman surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir — hadis hasan)
Disebutkan pula bahwa duduk dalam majelis ilmu lebih utama dari membebaskan budak: “Keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian.”
(HR. Tirmidzi, no. 2685 — hasan sahih)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa: “Keutamaan duduk di majelis ilmu selama satu jam lebih baik daripada seribu rakaat shalat sunnah, seribu kunjungan orang sakit, seribu takziah kepada jenazah.” (Ibnul Qayyim dalam Miftah Dar As-Sa’adah)
Adab dan Akhlak Menuntut Ilmu
Selain itu, Rasulullah ﷺ dan para ulama sangat menekankan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Akhlak seorang penuntut ilmu mencerminkan keberkahan ilmu yang akan didapat.
Imam Malik berkata kepada Imam Syafi’i saat masih muda: “Pelajarilah adab sebelum belajar ilmu.” (Ibnul Mubarak, Kitab Az-Zuhd wa Ar-Raqaiq)
Di antara adab tersebut:
- Menghormati guru: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang tua kami, tidak menyayangi anak-anak kami, dan tidak mengetahui hak ulama kami.” (HR. Ahmad, no. 6669 — hasan)
- Memandang guru dan pengajar sebagai jalan memperoleh cahaya ilmu. Dalam sebagian atsar disebutkan bahwa memandang wajah guru dengan rasa hormat adalah bagian dari adab yang membuka keberkahan ilmu.
- Bersikap rendah hati, tidak sombong dengan ilmu yang diperoleh.
Penutup: Ngaji itu Penting, Jangan Hanya ‘Yang Penting Ngaji’
Dengan memahami betapa agungnya menuntut ilmu dalam Islam, kita diajak untuk:
- Memperluas pandangan bahwa pendidikan Islam tidak terbatas pada sekolah formal.
- Menjaga adab, niat, dan kesungguhan dalam setiap majelis ilmu.
- Menghadiri majelis ilmu dengan hati yang siap menerima dan mengamalkan.
- Menjunjung tinggi para guru dan ulama sebagai penjaga warisan ilmu Islam.
Jangan sampai pengajian hanya dijadikan rutinitas kosong tanpa pemahaman dan pengamalan. Mari kita jadikan ngaji itu penting, dengan menghayati setiap proses menuntut ilmu demi meningkatkan iman, akhlak, dan amal saleh kita.
اللَّهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا
“Ya Allah, berikanlah manfaat kepada kami dari ilmu yang telah Engkau ajarkan, ajarkanlah kami ilmu yang bermanfaat, dan tambahkanlah ilmu kepada kami.” (HR. Tirmidzi, no. 3599 — hasan)
1 comment
Semoga konsisten dalam mengaj