Dakwah adalah inti dari misi kenabian dan bagian penting dari ajaran Islam. Dalam dunia yang terus berubah, termasuk dengan hadirnya era digital, cara berdakwah pun mengalami transformasi. Dakwah kini tak lagi terbatas pada ruang-ruang fisik, tetapi telah merambah dunia maya, menjangkau jutaan manusia dalam hitungan detik. Artikel ini mengulas esensi dakwah, tantangan dan peluangnya di era digital, serta pentingnya pendekatan humanis yang inklusif.
- Memahami Era Digital
Era digital adalah fase peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknologi informasi secara masif. Manusia terhubung secara real time melalui internet, media sosial, dan perangkat cerdas. Di sisi lain, dunia digital menjadi medan baru bagi pertarungan ideologi, gaya hidup, dan nilai-nilai.
Menurut Alvin Toffler dalam bukunya “The Third Wave”, perubahan besar dalam masyarakat manusia akan terjadi ketika informasi menjadi kekuatan utama. Ini membuka peluang baru dalam penyebaran nilai keislaman melalui media digital.
- Dakwah: Misi Kenabian yang Abadi
Dakwah secara istilah berarti ajakan kepada jalan Allah dengan cara yang baik. Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
(QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini menekankan bahwa metode dakwah harus penuh kebijaksanaan, disampaikan dengan cara yang menyentuh hati, bukan dengan kekerasan atau paksaan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sampaikan dariku walau satu ayat.”
(HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa setiap Muslim memiliki tanggung jawab menyampaikan ajaran Islam sesuai kemampuannya, termasuk melalui platform digital.
- Tantangan Dakwah di Era Digital
Berbagai tantangan dakwah digital antara lain:
Informasi Berlebih (Information Overload): Banyaknya informasi membuat pesan dakwah bisa terabaikan.
Distorsi Ajaran Islam: Banyak konten agama yang menyesatkan karena tidak bersumber dari ilmu.
Fanatisme Digital dan Polarisasi: Media sosial kerap memperkuat kelompok yang eksklusif dan intoleran.
Kurangnya Literasi Media: Banyak umat Islam belum cakap memilah informasi keagamaan yang benar.
- Peluang Dakwah di Era Digital
Di balik tantangan, terdapat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan:
Jangkauan Luas dan Cepat: Satu postingan bisa dibaca jutaan orang dalam waktu singkat.
Kreativitas dalam Penyampaian: Melalui video, podcast, infografis, dan konten interaktif.
Interaksi Dua Arah: Dai bisa langsung berdialog dengan audiens lewat live streaming atau komentar.
Kolaborasi Lintas Sektor: Ulama, konten kreator, programmer, dan aktivis bisa bersinergi.
Ulama kontemporer seperti Syekh Yusuf Al-Qaradawi juga pernah menekankan pentingnya “dakwah dengan pendekatan zaman” agar tetap kontekstual dan mudah diterima umat.
- Dakwah yang Humanis dan Menjangkau Semua Kalangan
Dakwah yang efektif adalah dakwah yang menyentuh hati manusia, mengajak dengan kasih sayang, bukan menghakimi. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan dakwah yang penuh kelembutan:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Prinsip dakwah humanis:
Empati dan Kasih Sayang: Menyentuh hati, bukan sekadar memberi perintah.
Inklusif: Menjangkau semua kalangan—anak muda, perempuan, minoritas, dan kelompok rentan.
Bahasa yang Ramah: Menggunakan bahasa yang sederhana dan membangun, bukan menghakimi.
Keteladanan Pribadi: Seorang dai adalah cermin Islam. Dakwah yang paling kuat adalah melalui perilaku.
Penutup
Dakwah Islam di era digital adalah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Teknologi bukan penghalang, tetapi alat yang harus dimanfaatkan untuk menyebarkan kebaikan. Dengan pendekatan yang bijak, kreatif, dan humanis, dakwah bisa lebih luas menjangkau umat dan menjawab tantangan zaman. Sebagaimana firman Allah:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali ‘Imran: 104)